30.6.11

Yang masih mencari

berat..
kosong..
jiwa resah, hati gelisah
sendiri
walau bukan sendiri
hati masih meronta
jiwa masih merintih
apakah perlu lagi
selain dari Mu kekasih?

dalam lorong gelap
kau beri sinar
dalam malam suram
kau hadirkan rembulan
tapi mengapa aku masih perlu bintang?

dadaku sempit
isinya sedikit
tabahnya bagai emping rapuh
ditolak, diagah, jatuh
apa tidak cukupkah
kasih yang Satu?

diri masih mencari
masih mahu berlari
dalam tatih
dalam rangkak
sujud yang tidak punya nilai
apa lagi perlu aku
sedang Kau ada di situ?

jadi burung yang punya sayap
tapi masih perlu angin
apakah aku ini cuma tidak erti
makna syukur?

jadi bunga teguh berdiri
hadir madu manis
hadir haruman wangi
punya duri pelindung diri
tapi mengapa masih perlu kumbang?

saat aku tidak mengerti
saat aku merintih sepi
masih juga padaMu aku kembali
tapi mengapa?
mengapa jiwa masih derita?
jauh
aku masih jauh
maaf aku perlu selainMu
dalam mencari erti diriMu

29.6.11

sajak duka



Sajak duka kutulis untukmu
Bait-baitnya adalah air mata
Aksaranya serpihan hati yang terluka
Sajak duka kutulis jua
Penuh doa agar engkau membacanya
Mengharap pengertian
Bila kau muak, bertambahlah dukaku
Selarik puisi duka kupersembahkan untukmu
Dengan air mata
Minus tawa
Tanpa senyum
Puisi dukaku telah kau terima
Ia merasukimu
Meluruhkan tirani hatimu
Adakah kau memahami dukaku

24.6.11

Cinta dunia

Cinta dunia
membuatkan manusia cintakan diri
Cintakan diri
membawa manusia hidup nafsu-nafsi
Cintakan dunialah
membawa pecahnya sanak saudara
Apatah lagi sekadar kenalan dan kawan-kawan biasa

Cintakan duniahilang kasih sayang sesama manusia
Cinta dunialah yang membunuh kasih sayang
dan memecahkan perpaduan keluarga dan bangsa
Akhirnya timbul perpecahan dan perseteruan di kalangan manusia
Pergaduhan pun berlaku, perkelahian terjadi  peperangan berlaku

Cintakan dunia ibarat racun membunuh kasih sayang
Cinta dunia adalah musuh manusia sejagat
Tapi manusia tidak sedar dan tidak faham
Sungguh kejam cinta dunia itu
Ia mengharu-birukan kehidupan manusia
Ia merenggangkan persaudaraan,
memecah-belahkan bangsa dan saudara


17.6.11

Kecewa itu ada....marah itu menyala

Jangan Tanya ombak di lautan
Yang berdebur pun bagai enggan 
Kecewa itu ada, benci itu pasti 
Dan semuanya yang berbuih 
Ikut sirami bunga yang berduri 
Tebaran makar para penguasa
Membakar laksana kenanganmu
Membunuh separuh jiwaku

Hidupku hanya sebatas perilaku
Luka itu ada, marah itu menyala 
Tapi aku hanya bisa begini 
Meratapi diri

Terimakasih zahir dan batin...
Telah menjadi mataku 
saatku tak dapat melihat 
Menjadi bibirku 
saatku tak dapat bicara
Terima kasih awal dan akhir...
Suatu saat ….jika aku terjatuh 
Engkau pasti mau memapah ku 
Kini aku harus terus bertahan
Di tengah keruntuhan ku
Seperti debur ombak di lautan
Walau enggan…


purnama kata

13.6.11

Menakar sepi

Bisakah kita menakar air di lautan
menjadi sebuah kubangan,
mencoba memandikan lumpur  menjadi lukisan cermin.
Semakin keruh dalam pandangan,
mencengkram  panah dengan bidikan
Siapa dia,
sosok bersembunyi di balik cermin
tak pantas berkata dalam ingatan.?
-
Tiada wujud di dalam kesendirian,
Jangan jadikan pesakitanmu sebagai alasan,
Jauh,
dalam bilik kelam yang di tinggalkan,
Hanya kesah, kisah, terurai rerumputan
bukan seorang
penikmat senja, senantiasa akrab dengannya
penikmat malam, mata susah untuk terpejam
penikmat mentari, mencoba hadir di setiap pagi
abu terbawa debu,
arah jam berpaling diam tak menjawabku

11.6.11

Sajak hampa

Aku kehabisan kosa kata
untuk sebuah sajak hampa yang berlinang air mata,
hingga semakin sunyi dalam keriuhan

Kataku gemericik bagai gerimis
tak mampu menembus dinding yang kian menebal,
hingga asa yang kulambungkan
tergelincir memilukan
diantara onak yang menantang,
nyeri semakin nyeri

Aku berteriak dalam diam,
kusimpan sepenggal harapan dalam angan
kurelakan angin berbelok arah tanpa pesan
membawa gerimis yang pernah kupesan
senja kian sunyi
hampa.

Lembah Tidar

10.6.11

Mencari Ketulusan Hatimu

Berkelana Kemana jiwaku terhantar
Tatkala seucap Cinta telah ku lontar
Aku jalani dan terus aku jalani
Meski keraguan hati menggebu
Laksana ombak deras yang menghempas
Aku berhenti sejenak
merenungkan tanda tanya
yang setiap waktu mengetuk pintu kalbu
Adakah ketulusan
Aku mencari dan terus mencari
Bersama gelap langkahku
aku pilu dan terus meragu
meski telah kau simpan pelangi di hati
meski telah engkau izinkan
hatimu menjadi rumah hatiku
Selalu muncul tanya di benaku
benarkah semua ini
biarlah sang pengatur waktu
yang berikan jawaban
Dan biarlah pula
aku terus mencari
hingga kutemukan terang
laksana rembulan menunggu mentari